Prestasi adalah sebuah perjalanan dan langkah-langkah produktif yang diakui orang lain...

Kamis, 10 Desember 2009

Sosok: TONNY KOESWOYO & KOES BERSAUDARA



Oleh Wasis Susilo/KPMI

Membicarakan Koes Bersaudara sama dengan membicarakan Tonny Koeswoyo sebagai penggagas dan motor grup musik tersebut. Pengalaman musikalnya telah terasah ketika bergabung dengan suatu grup ludruk setempat di Tuban, dan mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan GMNI dan HMI tentu saja hanya dalam urusan musik. Kemampuan musiknya dipelajari secara otodidak dan mempelajari not balok dari Nick Manolov serta gaya pemetikan gitarnya mengikuti gitaris spanyol Carcasi dan Tjio Bun Tek - guru gitar klasik di Jakarta.

Kesuksesannya mendirikan grup musik Teenager's Voice pada 1952 dan berubah nama menjadi Irama Remaja bersama Sophian Sophian memberikan kepercayaan diri Tonny Koeswoyo untuk menyodorkan Koes Brothers di tahun 1962 pada Mas Yos, pemilik Perusahaan Irama Recording. Band ini diseleksi oleh dedengkot jazz, Jack Lesmana. Talenta Koes Brothers menarik perhatian Jack, mereka pun lolos seleksi dan langsung ditawarin rekaman.

Band ini awalnya dari lima anak anak Koeswoyo yaitu Koesdjono (Jon Koeswoyo), Koestono (Tonny Koeswoyo), Koesnomo (Nomo Koeswoyo), Koesyono (Yon Koeswoyo) dan (Koesroyo) Yok Koeswoyo. Mereka dibantu tetangga keluarga Koeswoyo di Jalan Mendawai III/14 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan antara lain Iskandar, Tommy Darmo, Jan Mintaraga.

Band ini berlatih dengan peralatan musik sederhana dan amplifier buatan dalam negeri. Dalam perjalanan berikutnya, Iskandar dan Tommy Darmo memutuskan keluar sedangkan Jan Mintaraga menekuni hobi dan berprofesi sebagai pembuat komik. Dengan konsep musik ala Everly Brother's dan Kalin Twin, band ini berubah nama menjadi Koes Bersaudara.

Rekaman pertama mereka Lagu Senja, Bis Sekolah, dan Telaga Sunyi. Namun sebelum rekaman ini selesai, Djon Koeswoyo mengundurkan diri karena lebih berkonsentrasi kepada pekerjaannya di sebuah kontraktor sipil. Band ini akhirnya tinggal berempat. Posisi Jon Koeswoyo sebagai pemetik bass digantikan adiknya Yok Koeswoyo.

Rekaman mereka ternyata banyak disukai orang. Sejumlah singlenya seringkali ditayangkan di RRI dan Radio AURI. Band ini mulai dikenal tidak hanya di Jakarta. Namun, juga sudah merambah luar Jakarta.

Singel yang direkam di piringan hitam mulai banyak dicari orang. Singel Harapanku, Kuduslah Cintamu,, Aku Rindukan Kasihmu, Angin Laut, Gadis Puri, Bis sekolah, Aku Rindu, Senja, Oh Kau Tahu, Pagi Yang Indah, Aku rindu & Awan putih laris manis di pasaran. Puncaknya adalah ketika Kus Bersaudara merilis album pertama mereka. Sejumlah lagu seperti Dara Manisku, Jangan Bersedih, Harapanku, Dewi Rindu,, Bis Sekolah, Pagi Yg Indah, Si Kancil, Oh Kau Tahu, Telaga Sunyi, Angin Laut, Senja, dan Selamat Berpisah berhasil mengeser popularitas lagu-lagu mendayunya Rahmat Kartolo dan Alfian yang saat itu mendominasi pasar musik di Indonesia.

Kelebihan Koes Bersaudara pada saat itu ternyata ada pada diri Tonny Koeswoyo. Ia meramukan musik Koes Bersaudara dengan resep Simple is beautiful- Sederhana itu indah. Koes Bersaudara banyak menggunakan syair yang memiliki ritme (sajak persamaan bunyi) sehingga enak dibaca dan didengarkan. Tak hanya itu, Tonny sebagai otak Koes Bersaudara tidak meninggalkan faktor metre (banyaknya kata dalam satu baris) dan harus tepat tekanan kata pada birama, serta notasi lagu harus sesuai dengan arti kata syair tertentu.

Untuk mempertahankan originalitas lagu dan musik Koes Bersaudara, Tonny melarang adik adiknya membuat lagu. Ia juga melarang Nomo Koeswoyo (drummer) belajar memukul drum kepada Domingo Roda di Kemayoran. Kedisiplinan, ketelatenan dan keoptimisan Tonny Koeswoyo mengasah talenta adik - adiknya bermusik dan bernyanyi menghasilkan kesuksesan show Koes Bersaudara, baik di tempat hajatan pengantin, resepsi ulang tahun, sunatan, kegiatan amal hingga menjadi musik pengisi jeda antar pemutaran film di Bioskop.

Tonny Koeswoyo bertekat untuk hanya membawakan lagu lagu ciptaan mereka sendiri walaupun dalam kenyataan dikalahkan dengan tuntutan penonton yang mengharap mereka memperdengarkan lagu-lagu Beatles, Ricky Nelson, Everly Brother's dari mulut mereka. Keinginan memuaskan penonton tidak sebatas menyanyikan lagu The Beatles bahkan penampilan mereka berubah menggunakan jas, celana ketat, sepatu berhak tinggi berujung lancip dan potongan rambut berponi.

Situasi politik pertengahan 1960-an yang mempertetangkan antara Lekra dan Manifest Kebudayaan menjadi alasan Presiden Soekarno mengeluarkan intruksi untuk kembali kepada kepribadian dan kebudayaan Indonesia dan melarang musik Ngak Ngik Ngok.

Ketika Koes Bersaudara manggung di pesta salah seorang perwira Angkatan Laut, mereka didemo sekelompok orang 'anti nekolim'. Akhirnya, Juli 1965, mereka berempat dipaksa ditahan di Penjara Glodok.

Perubahan situasi politik di Indonesia saat itu membawa dampak terhadap Koes Bersaudara. Setelah merasakan pahit getirnya sel penjara, keempat bersaudara ini akhirnya keluar tahanan pada 28 September 1965. Namun, kegiatan keempat bersaudara ini masih diawasi oleh pemerintah. Meski mereka diperbolehkan keluar dan melakukan show, namun seminggu sekali Tonny dan adik-adiknya dikenakan wajib lapor ke kejaksaan.

Pengapnya ruangan sel di penjara, ternyata tak mematikan kreativitas keempat anak muda ini. Terbukti pada 1967, Koes Bersaudara mengeluarkan album Piringan Hitam mereka yang diberi judul Jadikan Aku Dombamu. Album yang direkam Dimita Molding Ltd dengan label Mesra ini berisi 12 lagu di antaranya memotret keadaan fisik dan perasaan mereka dalam penjara. Beberapa lagu seperti Balada Kamar 15 dan lagu ciptaan Yon Koeswoyo yang berjudul Rasa hatiku, menggambarkan perasaan mereka menghirup pengapnya sel.

Di album ini, Koes Bersaudara tidak hanya mengandalkan vokal Yon Koeswoyo dan Yok Koeswoyo tetapi untuk pertama kalinya Tonny Koeswoyo ikut menyumbangkan suaranya.

Perlahan-lahan, warna musik Koes Bersaudara mulai berubah. Seiring waktu, keempatnya semakin serius dan dewasa dalam bermain musik. Album Koes Bersaudara berikutnya adalah To The So Called The Guilties. Di album ini, keempatnya mulai memasukkan unsur rock dalam aransemen musiknya. Lagu To The So Called The Guilties, dan Poor Clown dalam album ini sarat dengan harmoni yang cukup menghentak. Tak hanya itu, Tonny menulis lirik Untukmu dengan balutan musik rock. Hal ini mematahkan pakem saat itu bahwa tidak mungkin lagu rock menggunakan lirik Indonesia. Karena peralatan yang sangat sederhana kala itu, unsur rock dimasukkan melalui cara bernyanyi Tonny Koeswoyo dan pemetikan lead guitar yang amplifiernya didistorsikan dengan menaikkan volume trebelnya secara ekstrem.

Bahkan, saat penganugerahan BASF Award tahun 1992, Achmad Albar, vokalis God Bless, secara jujur menyatakan bahwa Koes Bersaudara sebenarnya merupakan pelopor grup musik Rock di Indonesia.

Seiring dengan situasi perpolitikan Indonesia yang semakin tidak menentu, tawaran show mereka menurun drastis. Sehingga, pemasukan secara finansial menyurut pula. Karena alasan itulah Nomo Koeswoyo mengajukan alternatif untuk bekerja sambilan di luar musik. Rupanya Tonny Koeswoyo bersikukuh agar adiknya disuruh memilih 'Musik atau Bisnis'. Dengan sangat berat hati Nomo Koeswoyo meninggalkan posisinya sebagai drummer band tersebut. Keluarnya Nomo jelas sangat memusingkan Tonny. Ia pun kelabakan mencari penggantinya. Beberapa drumer termasuk Fuad Hasan drumer tersohor milik God Bles mencoba mengisi kekosongan pemain drum Koes Bersaudara tersebut. Sampai akhirnya Tommy Darmo-lah yang mengajak Murry, drummer band Patas milik Kejaksaan Agung menghadap Tonny Koeswoyo.


Dan Tonny Koeswoyo tidak hanya tertarik kepada kepiawaian Murry menggebuk drum tetapi kesederhanaan penampilannya seperti anak-anak Koeswoyo lainnya. Maka, Koes Bersaudara berubah menjadi Koes Plus. Walaupun tidak lagi berada di belakang drum, kepekaan bisnis Nomo Koeswoyo berguna sebagai Manajer Show Koes Plus. Nomo pun belakangan ternyata berhasil mengembangkan perusahaan rekaman Yukawi. Salah satu pemusik yang berhasil diorbitkan perusahaan ini adalah Oma Irama, yang kelak dikenal sebagai raja dangdut di Indonesia.

Jiwa musisi Nomo pun tak terhenti. Setelah kondisi di Indonesia relatif lebih stabil, Nomo membentuk band baru yaitu No Koes dan Nobo. Namun kerinduannya bermain bersama saudara-saudaranya, membuat tawaran Tonny untuk menghidupkan kembali Koes Bersaudara langsung disanggupinya.

Pada Januari 1977, keempat bersaudara ini mengeluarkan album Seri Perdana yang menghasilkan sejumlah hits yaitu Kembali, Cepat, Ayah, Haru, dan Bahagia. Tak hanya itu, keempat bersaudara ini juga merekam versi Pop Jawa Volume 1 yang antara lain berisi lagu Bunder Bunder.

Sayangnya usai sukses di album ini, popularitas Koes Bersaudara mulai menurun ketika mereka merilis album Volume 2. Sambutan penggemar musik Indonesia terhadap kembalinya Koes Bersaudara tidak sesuai dengan harapan Tonny Koeswoyo dan adik adiknya. Tahun 1979 Koes Bersaudara mencoba dibangkitkan lagi dengan album Boleh Cinta Boleh Benci (PL-391) yang anehnya diiringi oleh peluncuran album No Koes.

Pemunculan album dengan pembaruan konsep bermusik pada Koes Bersaudara Glodok Plaza Biru (PL-475) tidak dirasakan oleh penggemar musik di Indonesia, kecuali hanya memenuhi kepuasan kolektor album-album Koes. Demikian pula Koes Bersaudara 87 Kau Datang Lagi, disambut adem ayem oleh penggemar musik Indonesia.

Kreativitas Tonny dan ketiga saudaranya tak berhenti saat itu juga. Mereka kemudian merilis Koes Bersaudara 87 Pop Jawa yang salah satu lagunya adalah Wit Gedhang (pohon pisang). Koes Bersaudara juga sempat merilis album Pop Anak Anak yang menelurkan hits Nenek Datang.

Kedua lagu tersebut merupakan lagu terakhir Tonny Koeswoyo yang diciptakannya saat menjalani pengobatan kanker usus di rumah sakit. Pelemparan album dan pembuatan klip videonya tanpa dihadiri oleh Tonny. Sakit Tonny yang semakin parah membuat masa depan Koes Bersaudara ini semakin tak jelas. Pada 27 Maret 1987, Koestono atau Tonny Koeswoyo meninggal dunia. Wafatnya sang maestro musik Indonesia ini membuat Koes Bersaudara pun menghilang.

DISKOGRAFI

- Koes Bers Seri Perdana Kembali Jan-77 Remaco
- Koes Bers Pop Jawa Volume 1 Mar-77 Remaco
- Koes Bers Pop Keroncong Volume 1 Mei-77 Remaco
- Koes Bers Volume 2 Des-77 Remaco
- Koes Bers Boleh Cinta Boleh Benci Jul-79 Purnama Record
- Koes Bers 80 Glodok Plaza Biru Agust-80 Purnama Record
- Koes Bers 86 Mei-86 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Kau Datang Lagi Feb-87 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Pop Jawa Apr-87 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Pop Anak Anak Apr-87 Flowes Sound
- Koes Bers Happy Birthday Apr-87 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Bossas Agust-87 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Pop Batak Agust-87 Flowes Sound
- Koes Bers 87 Instrumentalia Bossas Agust-87 Flowes Sound
- Koes Bers Milik Ilahi Agust-88 Flowes Sound
- Koes Bers Pop Batak Vol 2 Mar-00 New Metro
- Koes Bers Pop Jawa Tahun 2000 Mar-00 Black Board

(Republika 3 dan 10 Juli 2006)

Tidak ada komentar:

Daftar Blog Saya

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Swara Gita Musik Indonesia (SGMI) adalah organisasi komersial di bidang event organizer musik, kepromotoran, talent scouting, dan manajemen artis.