Prestasi adalah sebuah perjalanan dan langkah-langkah produktif yang diakui orang lain...

Kamis, 17 Desember 2009

Resensi: PANBERS, Kami Tjinta Perdamaian

Pengantar Redaksi: Dari sudut histori, inilah di antara awal Panbers merekam lagu-lagunya. Hingga kini, lagu Kami Cinta Perdamaian masih bisa didengar penikmat musik Indonesia lewat rekam ulang Panbers yang berisi top hits di album-albumnya. Terimakasih kepada http://mellowtone.multiply.com, dan terutama Tempo, Edisi. 09/II/06 - 12 Mei 1972 yang memuat tulisan orisinalnya. (Swara Gita Musik Indonesia)


Kami Tjinta Perdamaian
Posted by Jejak on Feb 13, '08 10:00 AM for everyone
Category:Music
Genre: Pop
Artist:Panbers
Panbers dan perdamaian

Panjaitan bersaudara yang terdiri dari: Hans, Benny, Doan & Asido berhasil membuahkan albun berjudul Kami Cinta Perdamaian. Albun tersebut tidak terlalu istimewa & grup ini merupakan saingan Koes Plus.
PEMUDA-PEMUDA masa kini mengatjungkan telundjuk dan djari tengahnja untuk melawan peperangan dan kekatjauan. Empat orang
bersaudara: Hans, Benny, Doan, Asido dari keluarga Pandjaitan sekira bulan Djanuari lalu, mengatjungkan pula simbul perdamaian itu pada mantel album mereka jang bernama: "Kami Tjinta
Perdamaian". Dalam lirik lagunja, bagaikan seorang musafir
dipadang pasir merindukan air, mereka bersenandung:

**

Kami tjinta perdamaian
Kami rindu perdamaian
Bertahun kuharapkan
Tibamu kunantikan.

**

Seolah-olah mereka mewakili teman-teman seangkatannja jang tak
pernah didjamah oleh tangan perdamaian.

Adalah aneh djuga bahwa kemudian ternjata lagu tersebut bukanlah
lagu jang paling banjak didengar dari sederet lagu lainnja dalam
album itu. Lagu jang bernama "Achir Tjinta", sebuah tjatatan
bersimbah air mata tentang tjinta pertama muntjul sebagai lagu
jang paling disebut-sebut.

*

Aku datang hari ini
Tanpa tangis dan duka
Hanja titik air mata
Dan senjum kehantjuran

*

Lirik jang tidak istimewa itu, digiring oleh permainan organ
jang sjahdu, dan paduan suara jang kompak setidak-tidaknja dalam
perbandingan dengan grup-grup vokal Indonesia lainnja. Benny
Pandjahitan jang mengaku mentjip takan lagu itu dalam tempo 10
menit pada bulan Maret dua tahun lalu tiba-tiba sadja mendapat
kepertjajaan untuk ditandingkan dengan Tonny Koeswojo, penulis
lagu Grup Koes Plus.

Haai. "Mereka adalah saingan berat buat Koes Plus", kata Nomo -
bekas anggauta grup Koes Bersaudara ditempatnja di Tjipete.
Sementara saudaranja jang bernama Jon Koeswojo hanja memberi
komentar: "Panbers menulis aransemen musik sedjiwa dengan
aransemen musik Koes Plus, sementara lebih menjanjinja masih
mengandelkan paduan suara sematjam Koes Bersaudara dulu". Kedua
pendapat ini saling melengkapi untuk mengukuhkan bahwa empat
bersaudara jang menamakan dirinja Panbers Club Band itu adalah
grup baru sesudah Koes Plus jang menjita perhatian.

Panbers jang didirikan 24 Djanuari 1967, pernah mendapat
penghormatan sebagai pion pembuka acara pertunjukan band impor:
Tremeloes, Marmelade djuga band dara pribumi jang lama di Eropah
Dara Puspita, Pemuda-pemuda gondrong jang baru sadja mendjadi
jatim karena ajahnja meninggal itu. kini terdengar pula sedang
menjiapkan Album mereka jang kedua. Terhadap album pertama,
dimana mereka menitipkan beberapa lagu berbahasa Inggris,
Djakarta City sound, Bye bye, No tear for farewell, Colour of
your heart, Haai. Let's dance, mereka berkata: "Itu Untuk
menundjukkan kepada orang luar bahwa grup musik Indonesia djuga
sanggup menjiptakan lagu-lagu bernuansa asing." Motif jang
dangkal ini barang kali satu sebab mengapa semua lagu-lagu itu
tak terasa sekali tidak terpental dari suatu keharuan
Kadang-kadang terasa hasil tjomot dari sana sini tanpa
mejakinkan. Djakarta city sound, Colour of you heart misalnja
menaikan kita pada Dara Puspita. Sedang jang bernama Haai djelas
sekali digujur oleh album Beatles "Sergeant Pepers" jang
menggali kemungkinan sitar dan sebuah nomor jang berdjudul
"Within you without you".

Konjol. Album "Kami Tjinta Perdamaian"tidak memberikan harapan
Jang terlalu istimewa, ketjuali bahwa sudah ada grup kedua
sesudah Koes Plus jan menjanji, mentjipta lagu dan bertahan
Lagu-lagu berbahasa Indonesia jang di bawakan: Achir Tjinta,
Kami tjinta Perdamaian, Hanja Semusim Bunga, Sendja jang Indah,
Hanja Padamu, tidak djauh dari tjiptaan-tjiptaan Koes Plus.
Bedanja: selera Panbers sedikit lebih keras. Ketrampilannja
dalam menguasai instrumens tampaknja lebih merata dari grup Koes
Plus. Materi suaranja seol seorang, lebih banjak kemungkinan
wallaupun dalam soal karakteristik suara belum dapat mereka
tondjolkan, sebagaimana Jon dalam Koes Plus. Sudah pasti dua
atau tiga album lagi, kalau sadja Panbers dapat bertahan, mereka
akan segera mendjelaskan lebih banjak perbedaannja. Tetapi
kemungkinan mereka mengedjar lirik-lirik jang telah di tjapai
oleh Tonny, terasa masih djauh.

*

Bila kubawa symphoni
Menghibur hati jang sunji
Berdjuang dalam seni
Mendengarkan bakti diri

*

Demikian bunji sebait liriknja jang dapat mendjelaskan tiadanja
kedalaman bunji pada achir kalimat.

"Dalam album itu kami buat bermatjam-matjam irama, karena kami
ingin tahu kegemaran masjarakat, ingin tahu kemauannja". kata
Benny jang di anggap paling berbakat dalam mentjipta selain
Dengan. Motif jang menjebabkan album pertama tersebut mendjadi
sematjam gado-gado, kedengarannja aneh djuga. Kalau betul-betul
Benny jakin akan utjapannja, tampaknja tak ada
pembaharuan-pembaharuan jang dapat diharapkan dari Panbers,
ketjuali musik-musik latch untuk kepentingan perdagangan.
Padahal saudaranja Asido pernah mengatakan ingin mentjiptakan
sebuah irama baru, jang mau disebutnja "aliran Panbers". Asido,
Hans, Doan, Benny masing-masing memegang drum, melody gitar, bas
gitar, organ, seharusnja lebih banjak memikirkan bagaimana
mereka dapat mengungkapkan perasaan perasaan mereka jang lebih
djudjur dengan tjara mereka sendiri, buka tjara Koes Plus,
Beatles atau siapa sadja jang kebetulan sudah diterima oleh
masjarakat.



Tempo, Edisi. 09/II/06 - 12 Mei 1972

Senin, 14 Desember 2009

Sosok: PANBERS, Personel & Diskografi

Pengantar Redaksi: Panbers adalah band yang cukup melegenda, walaupun tidak semelegenda Koes Bersaudara dan Koes Plus. Tapi kiprahnya di dunia musik Indonesia pada awal tahun 1970-an sampai tetap bertahan saat ini, walaupun dengan formasi baru sepeninggal Hans Panjaitan, cukup alasan band ini masuk dalam Blog "Swara Gita Musik Indonesia" (SGMI) yang antara lain mengkhususkan mengekspos 'masa lalu' dan 'masa kini' band-band Indonesia. Juga fenomena musik masa kini dalam kaitan dengan dinamika musik Indonesia dari masa ke masa. Terimakasih kepada http://mellowtone.multiply.com yang telah kami kutip isi blognya. Juga kepada Jose Choa Linge dari KPMI. Bravo Musik Indonesia!!!



Posted by Jejak on Feb 13, '08 9:51 AM for everyone
Sang Legenda Menuju Era ke-4
Oleh: Jose Choa Linge / KPMI


Bermula di kota Palembang tahun 60-an, lahir band bocah bernama Tumba Band, diambil dari bahasa Batak yang artinya 'irama menari'. Band ini dimotori Benny Pandjaitan bersama beberapa saudara dan teman sekolah lainnya. Siapa sangka, setelah mereka menunggu sepuluh tahun kelak akan bersanding dengan Kus Bersaudara dan Koes Plus yang sering mereka bawakan lagu-lagunya, seperti Bis Sekolah, Telaga Sunyi, dan Pagi yang Indah. Karena tugas sebagai bankir, keluarga Pandjaitan pindah ke Surabaya pada 1966 dan aktivitas bermusik band bocah ini tetap berlanjut di kota Pahlawan itu sampai akhir 1969.

Berdiri awal dekade 70-an, di kota Surabaya. Panbers dibangun oleh anak-anak dari orang tua yang menyenangi musik biola dan piano, JMM Panjaitan dan Bosani (Sitompul) Pandjaitan, tempat di mana sang ayah menjabat sebagai dirut Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam hobi bermusik anak-anaknya, sang ayah kurang mendukung dalam hal finansial. Ayahnya lebih suka jika anaknya menjadi dokter atau insinyur. ''Ayah agak diktator, tapi beliau selalu memberikan dorongan. Kalau mau hidup dengan musik, kalian bisa mencari uang sendiri dari musik, karena ayah tahu bahwa musik itu menjanjikan,'' kenang Benny tentang sosok Ayahnya.

Grup ini beranggotakan Hans (gitar), Benny (lead vocal, gitar), Doan (vocal, bass), dan Asido (drum) - juga diperkuat oleh Dotty dan Ratna (penyanyi latar). Pada awalnya mereka sempat ragu menggunakan nama tersebut yang seperti kebarat-baratan. Karena pengaruh dan desakan sanak famili, mereka mengadopsi dari grup band yang menggunakan 'S' di belakang namanya, seumpama Kus Brothers, The Beatles, The Rolling Stones, dan The Bee Gees. ''Maka lahirlah Panbers, artinya kakak-beradik keluarga Pandjaitan,'' ungkap Benny Panjaitan.

Panbers mengisi hari-harinya dengan tampil di pesta-pesta sekolah dan pernikahan, panggung-panggung THR dan kolam renang Tegal Sari. Karena fanatik dan mengagumi Koes Bersaudara maupun Koes Plus, Pandjaitan Bersaudara selalu menyempatkan menonton pertunjukan mereka apabila show di Surabaya.

Masih di tahun yang sama, sejalan dengan kepindahan tugas sang ayah ke Jakarta, Panberspun terus mengasah kemampuan bermusiknya maupun mencipta lagu. Pada Maret 1970 di kediaman keluarga Pandjaitan di Hang Tuah, Jakarta Selatan, Panbers menciptakan Akhir Cinta sebagai lagu pertama yang diperdengarkan saat pertunjukan di panggung Taman Ria Monas. Segala cerca dan olok-olok dari sesama anak band, sebagai 'band kampungan' ditujukan kepada mereka, karena di masa itu kecenderungan band lokal membawakan lagu-lagu mancanegara. Panbers tetap berpendirian pada kecintaannya dengan lagu-lagu Indonesia. Makian itu tidak digubrisnya dan tetap melaju sebagai pemacu pembuktiannya kepada masyarakat sebagai grup yang berkomitmen menghasilkan karya lagu yang bermakna, sehingga terpatri kelak menjadi legenda selamanya.

Tidak lama setelah itu mereka tampil di TVRI yang diprakarsai band Darma Putra Kostrad dalam acara Kamera Ria. Panbers membawakan tembang manis Akhir Cinta, Senja Telah Berlalu, dan Maafkan Daku.

Album perdana
Album bertajuk Kami Tjinta Perdamaian yang memuat lagu Achir Tjinta, merupakan kiprah pertama vokalis bersuara tinggi melengking Benny Pandjaitan bersama Panbers dan sekaligus sebagai album terobosan bagi mereka. Bahkan, lewat Akhir Cinta inilah Panbers menjadi band pembuka konser The Bee Gees di Jakarta 1974. Lagu ini penuh nuansa romantis tentang targedi percintaan dengan sentuhan pop manis. Awal dari cinta/Liku tanpa bahagia/Sudah suratan/Cintaku yang pertama/Cinta tanpa kasih/Tanpa akhir bahagia/Gagal dan punah/ Pada akhir cinta duka.

Keberhasilan lagu Achir Tjinta dan keampuhan album Kami Tjinta Perdamaian tak lepas dari dukungan produser, Dick Tamimi, di bawa bendera Dimita Moulding Industri, di mana grup-grup band Koes Bersaudara, Dara Puspita, dan Man's Group (Usman Bersaudara) bercokol terlebih dahulu.

Perkenalannya dengan kontributor utama di Koes Plus banyak memberi dorongan dan semangat dalam bermusik Panbers. ''Bahkan, kami berdua menguasai recording Dimita saat itu,'' papar Benny.

Tidak hanya itu, tingkat popularitas di zamannya juga sama memberi konstribusi dan melahirkan lagu-lagu yang mampu menempatkan sampai tiga hits dari album yang bertengger selama berminggu-minggu di puncak tangga lagu Indonesia di acara Pilihan Pendengar. Kesuksesan Panbers tidak terlepas dari dukungan dan kepercayaan dari sang pemilik Dimita yang tak pernah mengintervensi, sehingga mereka bebas berkarya dan berekspresi. Seperti dalam melahirkan Achir Tjinta (1971), Pilu (1972), Kisah Cinta Remaja (1973), Cinta Abadi (1974), dan Hidup Terkekang (1975). Dan, bahkan kala itu Panbers mampu menghasilkan dua sampai tiga album dalam setahun.

Saat itu album-album tersebut sukses besar dalam menembus pasaran pop Indonesia dan bahkan memperoleh Golden Record maupun Silver Record. Yang menarik lagi dari Panbers adalah sebagai band penerebos lagu dangdut populer, seperti Nasib Cintaku dan Musafir mampu menerobos segmen dangdut dan bersaing dengan lagu Begadang milik Rhoma Irama.

Awal 1975, Eugeune Timothy, bos Remaco, menggaet Panbers dan memulai debut album kompilasi The Best of Panbers sebelum benar-benar menghasilkan album baru. Terbitlah, lagu Musafir, Selembar Harapan, Bebaskan, dan Tinggallah.

Tahun 1985, Panbers kembali ke dalam pelukan Remaco dan menghasilkan hits fenomenal Gereja Tua yang sebelumnya sempat terpending di studio selama dua bulan.

Manggung di 350 kota
Selama berkarier 38 tahun, Panbers sudah menghasilkan penghargaan tertinggi di musik berupa, dua belas Golden Record dan satu Silver Record, serta puluhan trofi dan penghargaan lainnya. Mereka mempunyai pengalaman manggung di 350 kota besar-kecil dalam rangka real show. Bahkan, daerah terpencil di perbatasan Filipina-Manado maupun perbatasan Maluku Tenggara-Irian Jaya (Papua), Pedalaman Buntok (Kalteng), Tantena dan Luwuk dan beberapa negara, seperti Amerika, Jerusalem, Singapura, Malaysia dan Hong Kong sudah dikunjunginya.

Mereka, telah melegenda dan seakan mengukuhkan kelebihan Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek gagasan dan rasa yang hebat. Hal ini sudah dibuktikannya dalam perjalanan album solo maupun duetnya bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB, dan Band Tuna Netra yang di asuhnya. Tak cukup sampai di situ, Panbers unjuk gigi merilis album yang diberi titel Menuju Era Ke-4 plus album seri kolektor yang betul-betul orisinal.

DISKOGRAFI
Album

1. Kami Tjinta Perdamaian - Dimita/Mesra -1971
2. Mengapa Begini - Dimita/Mesra -1972
3. 1 + 1 = 3 (Sound 3) - Dimita/Mesra -1973
4. Sound 4 (Cinta Abadi) Dimita/Mesra -1973
5. Sound 5 (Hidup Terkekang) Dimita/Mesra -1974
6. Pop Melayu Vol 1 - Remaco - 1975
7. Lungun Rohangki (Vol 1/ Tapanuli) Remaco -1975
8. Berdendang (Vol 2/Melayu) Remaco/Irama -1975
9. Musafir (Vol 3/ Melayu) Remaco -1975
10. Mari Berlayar (Vol 4/Melayu) Remaco -1976
11. Bebaskan (Vol 9) Remaco -1976
12. Terlambat Sudah (Vol 10) Remaco -1976
13. Selembar Harapan ( Vol.11 ) Remaco -1976
14. Antik (Vol 13 A) Remaco -1977
15. Tinggallah (Vol 14) Remaco -1977
16. Hujan Badai (Hard Rock ) Remaco -1977
17. Tak Kusangka (Sound of Music) Remaco -1978
18. Penggemar Setia (Vol 2) Irama Tara -1978
19. Potret Lama (Vol 4) Irama Tara -1978
20. Magdalena - Flower Sound -1978
21. Dasawarsa (1971 - 1981) UR-1981
22. Air Mata (Vol 8) Purnama-1984
23. Hatiku Menangis - DS-1985
24. Tanjidor - SK Irama-12/89
25. Karina - Blackboard -06/97
26. Hatiku Rela - Metrotama-06/97

Kompilasi & Instrumental
1. The Best, Remaco -1975
2. Aneka Lagu-lagu Panbers (Bersama'Bimbo, D'lloyd dkk)Remaco-1976
3. Golden Trompet (instrument) Sokha -1986
4. Hari Perkawinan (Vol 2/Album Sukses)PB-1988
5. 12 Super Hits (Issabella/Bersama,Nicky A,Ikang F dkk) Virgo - 12/90
6. Platinum SK Irama-08/91
7. Panbers 26 Best Bursa Musik -1993
8. 5 X 5 Super Group Band (Bersama'Koes Plus,D'lloyd) Atlantic-1996
9. 24 The Best Hits Atlantic -1998
10. Golden Hits GNP -1998
11. 27 Pop Melayu Legendaris(Bersama'Koes Plus,Bimbo dkk)Virgo - 08/00

Solo, Daerah, Duet & Rohani,
1.Jeritan Hati (Duet' Atiek CB) Golden Hands -1987
2. Setangkai Bunga Putih(Duet'Indah Permatasari) Sokh -12/88
3. 24 + 1 (Lagu-kagu Nostalgia Versi Ind-Solo) audio -1989
4. 22 Lagu Terpopuler (Versi Duet) Blackboard -1989
5. Nasib Cintaku (Dangdut/Duet'Indah Permatasari) Sokha -04/91
6. Dimanakah (Duet' Deddy Dores ) Golden Hands -1992
7. Idup Tekungkung (Bersama'Ita Taslim) Palapa -1993
8. Kisah Cinto Rang Mudo (Minang - Solo) Columbia -1994
9. Surau Tuo (Minang - Album'Solo) Atlantic -1995
10. Cukup Satu Kali (Pop - Album' Solo) Nirwana/Virgo -1995
11. Apa Tapesala (Manado - Album'Solo) HP -1997
12. So Nyanda Satu Hati (Vol 1/Pop Manado- Solo) Oriental/DL -1997
13. Mukili To Dandia (Gorontalo - Album'Solo) SKI -1998
14. Baku Sayang Jo (Vol 2/Manado-Album'Solo) SKI -1999
15 Sing Sing So (Vol 2/Pop Tapanuli Terbaik) GNP -1999
16. Bale Nagih (Flores - Album'Solo) Wiens - 2003
17. So Nyanda Cinta (Manado Exclusive-Solo) Bravo Musik -2003
18. Malam Kudus (Kidung Rohani - Panbers) Atlantic -2004
19. Samua So Luka (Gorontalo-Single' Solo) SIP -2004

Formasi : Sekarang
1. Benny Panjaitan: lead vocal, gitaris
2. Doan Panjaitan : vocalis, keyboard, bass
3. Asido Panjaitan : drumer
4. Hans Noya (Bergabung,1995): gitar
5. Maxy Pandelaki (Bergabung,1985) : bass gitar
6. Henry Lamiri (Bergabung,1990) : biola, rhytem gitar

Republika Selasa, 12 Februari 2008
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=323071&kat_id=383&kat_id1=&kat_id2=

Sejarah: STUDIO REKAMAN INDONESIA

Sejarah industri rekaman di Indonesia bisa berawal dari dua tempat: Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng Jakarta. 'Lokananta' milik pemerintah, dan banyak melahirkan lagu-lagu daerah, sementara 'Irama' milik Mas Yos, banyak melahirkan lagu-lagu hiburan sebutan untuk lagu pop sekarang. Nama-nama Rachmat Kartolo, Nien Lesmana, sampai Patty Sisters pernah rekaman di 'Irama' yang awalnya hanya sebuah studio kecil di sebuah garasi di Menteng, Jakarta Pusat. Peristiwa rekaman itu terjadi di ujung tahun 1950-an hingga memasuki tahun 1960-an.


Lalu, memasuki awal tahun 1970-an, di daerah Bandengan Selatan Jakarta Kota, berdiri studio rekaman Dimita yang dikomandani oleh Dick Tamimi. Studio rekaman ini juga menjadi pioner rekaman lagu-lagu pop, karena di tempat ini nama-nama tenar Koes Bersaudara, Panbers, Dara Puspita, Rasela, lahir. Sampai dengan tahun 1975 Dimita tetap berjaya, bahkan dengan keunikannya: musisi harus berjuang memburu jangkrik, atau rekaman harus break karena ada kereta api lewat. Ini tentu gara-gara akustik studio tidak memadai, sementara teknologi rekaman pun masih me- ngandalkan jumlah track yang kecil: 8 tracks. Dimita memang terletak di pinggir rel kereta api. 'Kecelakaan' ini menyebabkan, begitu lamanya proses rekaman dilakukan. Jika jaman sekarang satu shift dihitung antara 7 atau 8 jam, jaman dulu kala produser rekaman agak membiarkan artisnya berkreasi. Sebab, dari tahun 50-an hingga pertengahan tahun 70-an, studio rekaman tak ada yang disewakan. Pemilik studio adalah eksekutif produsernya sendiri.


Perkara berburu jangkrik misalnya. Kamu bakal kaget mendengar cerita Benny Panjaitan, gitaris dan komposer Panbers, tatkala merekam album perdananya di Dimita, berkali-kali harus mencari jangkrik yang mengganggu konsentrasinya ber- nyanyi pada saat vokalis Panbers ini harus take vokal.


Dick Tamimi, Mas Yos adalah nama-nama pioner pemilik studio rekaman. Setelah itu muncul raja studio rekaman Indonesia, dan kelak dianggap sebagai produser legendaris yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, yakni Yamin Wijaya atau biasa disebut Amin Cengli yang memiliki studio rekaman Metropolitan kini Musica Studio's dan satunya, sang raja adalah Eugene Timothy, mengomandani perusahaan rekaman Remaco. Remaco pernah menjadi perusahaan rekaman ter- besar di Indonesia, dengan akses kuat ke pergaulan di dunia rekaman Internasional, karena pada saat membuat Piringan Hitam ( PH ), seperti Irama, Lokananta, dan Dimita, Remaco masih memakai perusahan pembuat matris pencetak PH di Singa- pura.


Di Remaco, lahir nama-nama besar Bimbo, D'Lloyds, The Mercy's dan kelak Koes Bersaudara yang pada tahun 1967 berubah nama menjadi Koes Plus pun pindah ke tempat ini, karena iming-iming bonus Mercy terbaru untuk komposernya, Tony Koeswoyo. Sementara itu, Amin Cengli banyak mengandalkan pertemanan, antara lain merekam kawannya sendiri, album pop jazz Ireng Maulana. Namun, kelak Metropolitan menjadi perusahaan rekaman besar dengan nama baru Musica Studio's, dan tatkala Amin meninggal dunia semua aset keluarga dan kerajaan bisnis studionya diserahkan pada adik-adiknya, antaralain Indrawati Wijaya (Acin ), Acu Wijaya dan adik-adiknya yang lain.


Tatkala Remaco ambruk pada awal tahun 80-an dan Eugene tinggal mengandalkan sejumlah master rekaman yang masih dimilikinya, baik sejak di era rekaman PH maupun kaset rekaman, Musica ganti menunjukkan dominasinya. Di tempat ini diterapkan sistem rekam yang banyak mengandalkan insting humanisme. Dengan cara-cara 'persaudaraan-pertemanan', banyak sekali artis musisi yang mampu bertahan lama, dikontrak jangka panjang oleh Musica. Sebagai contoh nama Chrisye, lebih dari 80% karier rekamannya yang dimulai dari jaman album solo Sabda Alam (1978) sampai album Badai Pasti Berlalu (1999), direkam 'sebagian besar' di Musica. Sebelumnya, bersekutu dengan Eros Djarot, Debbie Nasution, Odink, Ronny Harahap, Guruh Soekarno, Gauri Nasution juga Kompiang Raka yang membawa musisi pentatonik Bali.


Chrisye dan Berlian Hutauruk merekam album Guruh Gipsy di studio Tri Angkasa yang 'hanya' 16 tracks di Kebayoran Baru. Rekaman yang disebut terakhir inilah sebenarnya embrio lahirnya album paramusisi 'gedongan', yang melahirkan album monumental Badai Pasti Berlalu, juga album Jurang Pemisah yang digarap Jockie Suryoprayogo. ( 1976 ).


Daftar Blog Saya

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Swara Gita Musik Indonesia (SGMI) adalah organisasi komersial di bidang event organizer musik, kepromotoran, talent scouting, dan manajemen artis.